Pers berperan mendukung Pemilu berkualitas dengan memberikan pendidikan pada pemilih tentang demokrasi dan Pemilu sebagai salah satu sarana mencapai demokrasi.
“Pers mengedukasi publik untuk terhindar dari misinformasi, disinformasi dan malinformasi seputar Pemilu,” kata Anggota Dewan Pers, Paulus Tri Agung Kristianto pada Workshop Peliputan Pemilu/Pilkada 2024 di Kalsel, Kamis (19/9/2024), di Banjarmasin.
Agung menambahkan, pers juga menginformasi perkembangan tahapan Pemilu, menyediakan informasi tentang peserta maupun calon kepala daerah.
“Yang terpenting adalah mencegah disintegrasi bangsa akibat politisasi identitas dan lainnya,” jelas Agung, yang juga Ketua Komisi Pendidikan, Dewan Pers.
Agung mengingatkan, jurnalis memiliki kemampuan dalam peliputan Pemilu/Pilkada, khususnya sosiologis dan fisiologis.
Apalagi menjadi jurnalis di Indonesia memghadapi tantangan berat, karena tarikan politik sangat kuat, mengingat keunggulan jurnalis yang memiliki jaringan luas.
“Yang terberat adalah untuk mengontrol diri sendiri, apalagi kehidupan media banyak ditopang pemerintah,” jelasnya.
“Jadi harus bisa memposisikan dirinya dengan berpegang pada kode etik jurnalistik,” jelasnya.
Sementara, Ketua Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia (IJTI), Hendrik Kurniawan, jurnalis tidak boleh salah dalam pemberitaan, bahkan seperti nabi, karena besar dampaknya kepada publik.
“Ini beban berat yang harus ditanggung jurnalis dalam menulis berita Pemilu maupun Pilkada,” tambahnya sambil memaparkan data Pemilu.
Selain itu, juga ada pemaparan dari anggota KPU Kalsel, Nida Guslaili, anggota Bawaslu Kalsel, Akhmad Mukhlis dan Ketua KPID Kalsel, HM Farid Soufian.